Rabu, 18 Mei 2011

Misteri di Balik Wanita Bercadar ???

Umum

Jadikan Teman | Kirim Pesan

Sholehudin A.aziz

Perjalanan hidupku tak ubahnya seperti aliran air yang mengikuti Alur Sungai. Masa kecilku hingga SMP, ku lewati di kota Jember Jatim. SMA ku coba merantau ke kota Ponorogo hingga S-1. Tak puas dengan itu semua, akhirnya ku beranikan diri ke Jakarta untuk menuntut ilmu. Tak disangka jenjang S-1 dan S-2 ku selesai juga. Kini ku aktif di lembaga penelitian dan pelatihan di salah satu Universitas terkemuka di Jakarta. Disinilah jiwaku terbang merambah dunia, menulis cerita hidup, mencari ilmu, berbagi pengalaman dan merenungi hikmah kehidupan. Semoga ku dapat bermanfaat bagi diriku sendiri, orang...

Misteri di Balik Wanita Bercadar ???

OPINI | 11 September 2009 | 21:55 1565 12 Nihil

Semenjak peristiwa pengeboman hotel JW. Marriot dan Ritz Carlton beberapa waktu yang lalu oleh sekelompok teroris dibawah komando Noordin M Top dan kawan-kawan, isu penggunaan cadar dan wanita bercadar semakin menjadi perhatian masyarakat.
Hal ini dipicu oleh fakta bahwa mayoritas istri dan keluarga dari para pelaku bom bunuh diri dan para teroris yang selama ini menjadi dalang teror memakai kerudung bercadar tersebut.
Coba tengok istri-istri Noordin M Top yang kesemuanya memakai cadar. begitu pula dengan istri Saifuddin Zuhri, dan banyak lagi istri-istri anggota teroris yang saat ini terus diburu densus 88 Mabes Polri ini.
Hingga akhirnya stigma cadar selalu dikaitkan dengan haluan pemikiran garis keras yang berpotensi besar dijadikan kelompok yang mensupport aksi terorisme.
Setiap kali kita melihat seorang wanita bercadar, pasti kita akan menoleh lebih lama, dan terkesan melihat suatu keanehan yang amat sangat. Ada sesuatu yang memancing perhatian kita. Entah apa yang menyebabkannya.
Padahal faktanya belum tentu atau sama sekali salah asumsi tersebut. Bisa jadi mereka adalah orang-orang baik yang tak memiliki sedikitpun keinginan untuk melakukan aksi teror. Mereka hanya menjalankan keyakinan mereka saja.
Salahkah mereka bila mereka sesuai dengan keyakinannya memakai cadar? bukankah itu suatu ekspresi kebebasan.
Menurut penulis, sejatinya mereka tidak salah dengan memakai cadar tersebut. Namun ekslusivitas mereka lah yang mendorong mayoritas masyarakat memandang mereka sebagai kelompok asing yang sulit untuk diajak bersosialisasi.
Di daerah saya di kawasan Depok misalnya, mereka jarang sekali terlihat bersosialisasi dengan sekitar. Nyaris tak pernah ada silaturrahmi dengan anggota masyarakat yang tak memakai cadar.
Mereka benar-benar mengisolasi diri mereka dengan dunia luar kecuali untuk kepentingan-kepentingan tertentu seperti belanja saja.
Di lain hal, bila kita cermati dengan seksama ternyata jumlah pemakai jilbab cadar ini di seluruh indonesia, ternyata sungguh mencengangkan. Mengalami kenaikan yang sangat fantantis.
Di beberapa daerah di Aceh, Poso, Bandung, Jakarta, dan makassar yang sempat penulis singgahi, jumlahnya sangat banyak. Tak sulit lagi menemukan wanita bercadar. Bahkan bisa dibilang, hampir seluruh kota di Indonesia terdapat wanita bercadar.
Hal ini tak bisa kita elakkan karena konsep dakwah ajaran ini telah menyebar ke seluruh pelosok tanah air. Mereka memiliki cara dan metode sendiri merekrut jamaah agar bisa masuk ke dalam kelompok ini. Tentunya dengan keikhlasan menggunakan cadar sebagai syarat-syarat bakunya.
Kasus ini terjadi pada teman saya sendiri, seorang wanita yang dulunya tidak pernah pakai jilbab semenjak kecil. Setelah beberapa lama tidak bertemu. Akhirnya dia datang ke rumah saya dengan atribut cadarnya. Tentu saya sangat kaget sekali, loh kok bisa??????
Ternyata setelah saya tanya keluarganya, saya pun mendapatkan jawaban jelasnya. “Dia memang sangat berubah semenjak mengikuti pengajian di wilayah Ciganjur, jadisangat tertutup. Tiba-tiba dia memakai cadar. suaminya pun dicerainya karena dianggap tidak taat agama. Dengan keluarga pun jadi jauh. Dia akhirnya hidup dengan kelompok bercadar lainnya di kawasan Depok”. Begitulah komentar keluarganya.
Fenomena wanita bercadar ini akhirnya -mau tidak mau- menjadi fenemena dan pergerakan social yang menarik untuk dikaji lebih lanjut karena mengandung sejumlah misteri. Misteri pola penyebaran, ajaran-ajaran, ketentuan, dan berbagai misteri lainnya yang bisa menjadi identitas kelompok ini.
Saya sangat berharap, semoga stigma sebagai kelompok yang patut dicurigai sebagai agen teroris ini bisa hilang seiring dengan membaurnya mereka dengan masyarakat sekitar tanpa ada yang menutup diri.
Wajah boleh ditutup, tapi jangan tutup pintu silaturrahmi dengan siapapun. Namun bila mereka masih tetap menutup diri dari pergaulan di lingkungan sekitarnya maka tidak ada salahnya juga bila masyarakat masih mencurigai mereka sebagai kelompok yang patut dicurigai karena menyimpan sejuta misteri.
Dan alangkah lebih hebatnya lagi bila kelompok bercadar ini secara tegas menyatakan dukungannya kepada upaya pemberantasan terorisme dan menyatakan penolakan atas upaya teror yang dilakukan kelompok teroris dimana telah nyata-nyata tidak sesuai dengan nafas islam yang sesungguhnya.
Memberikan dukungan dan perlindungan kepada teroris sama saja memberikan kesempatan teroris untuk membunuh orang-orang tak berdosa.
Semoga menjadi renungan yang baik bagi kita semua, termasuk saudara-saudara kita yang memakai cadar.

1 komentar:

  1. Assalamualaikum,maz,saya orang ponorogo_ saya tertarik dengan tulisan anda_ sekarang saya sedang melakukan penelitian tentang wanita bercadar_ mohon bantuannya ya. . .

    BalasHapus